
SPORT

Said Abdullah Dorong Peran WTO, IMF, Dan Bank Dunia
Said Abdullah Dorong Peran WTO, IMF, Dan Bank Dunia

Said Abdullah Dorong Peran WTO, IMF, Dan Bank Dunia Yang Di Latarbelakangi Akibat Keputusan Amerika Serikat Yang Sepihak. Halo pembaca yang budiman. Dalam dinamika politik dan ekonomi global yang semakin kompleks. Tentu terdapat satu suara penting kembali mengemuka dari dalam negeri. Said Abdullah, seorang politikus terkemuka. Kemudian juga yang menyuarakan pandangan kritis terkait peran lembaga-lembaga internasional. Ia menyoroti bahwa di tengah meningkatnya sikap sepihak dari negara adidaya seperti Amerika Serikat. Dan sudah saatnya bagi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF). Serta dengan Bank Dunia untuk di perkuat. Menurutnya, ketiga lembaga ini bukan hanya sekadar forum diskusi. Namun melainkan pilar penting yang menjaga keseimbangan dan keadilan dalam tatanan dunia. Mari kita telusuri lebih dalam mengapa ia melihat penguatan peran lembaga-lembaga ini sebagai langkah krusial.
Mengenai ulasan tentang Said Abdullah dorong peran WTO, IMF dan Bank Dunia telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.
Kritik Terhadap Tindakan Sepihak AS
Sosoknya memulai kritiknya dengan menggambarkan bagaimana sejak di mulainya perang tarif antara Amerika Serikat. Dan juga Tiongkok pada 2018. Serta dengan tatanan perdagangan internasional menjadi semakin tidak beraturan. Karena langkah-langkah sepihak yang di ambil AS. Menurutnya, AS telah menyimpang dari prinsip-prinsip perdagangan bebas multilateral. Terlebihnya juga dengan memberlakukan tarif dan kebijakan proteksionis tanpa menempuh mekanisme bersama yang seharusnya menjadi saluran normal untuk menyelesaikan perselisihan. Tindakan-tindakan semacam itu, katanya, menunjukkan bahwa negara kuat menggunakan aturan global secara selektif. Terlebih yang memanfaatkannya ketika menguntungkan. Dan mengabaikannya saat merasa terancam oleh persaingan. Tentunya seperti yang terjadi ketika nilai perdagangan China pada 2024 melampaui AS. Sementara AS “berlindung” tarif daripada menghadapi kompetisi secara terbuka. Lebih mengkhawatirkan bagi Said adalah respons pasif sistem multilateral terhadap manuver sepihak tersebut. Ia mencatat dengan nada tajam bahwa “lucu sekaligus menyedihkan”.
Said Abdullah Dorong Peran WTO, IMF, Dan Bank Dunia Yang Harus Di Utamakan
Kemudian juga masih membahas tentang Said Abdullah Dorong Peran WTO, IMF, Dan Bank Dunia Yang Harus Di Utamakan. Dan fakta lainnya adalah:
Kelemahan Dan Malfungsi Lembaga Multilateral
Sosoknya juga menggambarkan kelemahan dan malfungsi lembaga-lembaga multilateral. Tentunya sebagai krisis legitimasi dan efektivitas yang serius. Menurutnya, lembaga-lembaga itu telah bergeser dari fungsi awalnya sebagai penengah. Dan juga penegak aturan global menjadi instrumen yang di pakai secara selektif oleh negara-negara kuat. Serta di panggil ketika sesuai kepentingan mereka, di abaikan ketika tidak. Contoh paling nyata adalah sikap “diam” WTO terhadap tindakan sepihak Amerika Serikat yang memberlakukan tarif proteksionis. Terutama sejak eskalasi perang tarif AS–Tiongkok pada 2018. Tidak ada negara yang secara konsisten. Terlebih membawa pelanggaran semacam itu ke mekanisme penyelesaian sengketa resmi; sebaliknya banyak negara berunding dari posisi lemah. Dan yang bagi Said mencerminkan ketidakseimbangan kekuatan. Serta menandai erosi kepercayaan terhadap multilateralisme. Lebih jauh, Said menilai bahwa kelembagaan tersebut “malfunction”.
Dan juga mereka tidak mampu menahan atau mengoreksi penyimpangan. Contohnya seperti kebijakan sepihak karena kehilangan daya dorong dan otonomi substantif. Proses-proses formal misalnya penyelesaian sengketa di WTO. Serta terlihat stagnan atau tidak berdaya menghadapi dominasi politik dari anggota besar. Sehingga keberadaan mereka mulai tampak sebagai formalitas tanpa dampak nyata. Dalam pernyataannya ia bahkan menyiratkan. Tepatnya bahwa jika lembaga-lembaga ini tidak bisa memberikan keadilan global yang nyata dan konsisten. Maka mempertahankannya hanya sebatas nama tidak berguna. Serta lebih baik di bubarkan daripada di biarkan eksis tanpa fungsi yang sejati. Dampak dari malfungsi ini terasa paling tajam bagi negara-negara berkembang. Terlebih yang telah berusaha menyesuaikan diri dengan aturan-aturan multilateral. Namun kemudian terpojok ketika aturan itu tidak di tegakkan secara adil. Ketika negara besar seperti AS menggunakan perlindungan tarif untuk “melindungi” diri dari persaingan.
Tanggapi Sikap Sepihak AS, Said: Perkuat Lembaga Global
Tentu masih saja membahas Tanggapi Sikap Sepihak AS, Said: Perkuat Lembaga Global. Dan fakta lainnya adalah:
Dorongan Untuk Memperkuat Atau “Mengfungsikan Kembali” Lembaga-Lembaga Internasional
Sosok satu ini mendorong secara tegas agar lembaga-lembaga internasional seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia. Terlebih yang “di fungsikan kembali” atau di perkuat karena, dalam pandangannya. Dan mereka sudah kehilangan kapasitas nyata untuk menegakkan keadilan, konsistensi. Serta dengan stabilitas dalam tata ekonomi dan perdagangan global. Dorongan itu lahir dari pengamatan bahwa multilateralisme saat ini mengalami erosi legitimasi. Terlebih dengan aturan-aturan global di pakai secara selektif oleh negara kuat. Kemudian juga dengan mekanisme kolektif gagal merespons penyimpangan signifikan. Tentunya seperti tindakan sepihak Amerika Serikat dalam perang tarif yang di mulai sejak 2018. Dalam situasi di mana AS memakai tarif proteksionis sebagai alat politik-ekonomi. Sementara lembaga seperti WTO tampak “diam” atau tak mampu mencegahnya. Dan juga mereka melihat bahwa sistem bersama kehilangan kredibilitasnya.
Dorongannya bukan sekadar retorika: ia menyerukan reformasi substantif. Penguatan atau “mengfungsikan kembali” berarti mengembalikan peran lembaga-lembaga itu sebagai penengah independen. Serta dengan penegak aturan, bukan sekadar struktur formal. Itu mencakup: memastikan penyelesaian sengketa berjalan efektif. Terlebihnya tanpa terkungkung oleh dominasi politik anggota besar; menghilangkan praktik selektif di mana aturan hanya di hormati. Jika menguntungkan; dan memperkuat mekanisme. Agar negara-negara berkembang bisa menegakkan hak mereka tanpa harus bernegosiasi dari posisi yang lemah. Ia bahkan menyatakan bahwa keberadaan WTO, IMF. Dan juga dengan Bank Dunia menjadi tidak bermakna. Jika tidak bisa memberikan keadilan global yang riil. Serta lebih baik di bubarkan daripada menjadi simbol kosong. Tentunya sebagai tekanan untuk perubahan nyata. Ia mengaitkan urgensi reformasi ini dengan realitas kompetisi global yang berubah. Dan saat China mulai mengungguli AS dalam nilai perdagangan pada 2024. Serta ketidakteraturan akibat tindakan sepihak menegaskan sistem lamanya.
Tanggapi Sikap Sepihak AS, Said: Perkuat Lembaga-Lembaga Multilateral Global
Selanjutnya juga masih membahas fakta mengenai Tanggapi Sikap Sepihak AS, Said: Perkuat Lembaga-Lembaga Multilateral Global. Dan fakta lainnya adalah:
Alternatif Pendekatan Jika Multilateral Gagal
Sosok satu ini juga menyatakan bahwa jika multilateralisme melalui WTO, IMF, dan Bank Dunia. Tepatnya tidak lagi mampu menjalankan fungsinya secara nyata dan konsisten. Maka dunia harus mencari alternatif pendekatan yang lebih pragmatis. Serta responsif terhadap ketimpangan kekuatan dan penyimpangan sepihak. Dalam pernyataannya, ada dua garis besar alternatif yang di ajukan: (1) mengalihkan penyelesaian dan kerja sama ke jalur bilateral dan regional. Dan (2) mempertahankan semangat kolektif dengan “menggandeng lebih erat”. Terlebihnya hanya jika reformasi nyata terhadap institusi multilateral itu masih di anggap mungkin dan bernilai. Ketika lembaga-lembaga global di persepsikan gagal menegakkan aturan secara adil. Misalnya ketika tindakan sepihak. Terlebihnya seperti tarif proteksionis AS tidak di tangani efektif lewat mekanisme WTO.
Kemudian ia juga mendorong negara-negara untuk menyelesaikan persoalan ekonomi, perdagangan. Dan juga keuangan melalui hubungan bilateral atau kerjasama regional yang lebih sesuai. Terlebihnya dengan kepentingan nyata dan keseimbangan kekuatan mereka. Ia menyebut contoh mekanisme seperti G20, BRICS. Dan ASEAN sebagai platform alternatif yang bisa menjadi ruang negosiasi. Kemudian juga koordinasi kebijakan, dan penyelesaian sengketa yang lebih fleksibel. Ataupun berorientasi pada kepentingan kelompok tertentu. Dalam konteks ini, negara-negara tidak lagi menunggu koreksi dari institusi global yang lamban atau terdominan. Namun melainkan membentuk aliansi dan kesepakatan langsung untuk menjaga stabilitas dan keadilan relatif. Logika di balik dorongan ke jalur bilateral/regional muncul dari observasi bahwa sistem multilateral saat ini dipakai secara selektif oleh negara kuat.
Jadi itu dia beberapa fakta di balik gencar dorong peran WTO, IMF, dan Bank Dunia oleh Said Abdullah.