Satelit Tua NASA Kirim Sinyal Radio Mengejutkan
Satelit Tua NASA Kirim Sinyal Radio Mengejutkan

Satelit Tua NASA Kirim Sinyal Radio Mengejutkan

Satelit Tua NASA Kirim Sinyal Radio Mengejutkan

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Satelit Tua NASA Kirim Sinyal Radio Mengejutkan
Satelit Tua NASA Kirim Sinyal Radio Mengejutkan

Satelit Tua Kembali Mencuri Perhatian Astronomi Dengan Sinyal Radio Yang Mengejutkan Para Ilmuwan Saat Ini. Saat menjalankan pengamatan pada Juni 2024, teleskop radio ASKAP di Australia Barat mencatat denyut ultracepat berdurasi hanya 30 nanodetik. Sinyal tersebut tertuju ke sebuah objek di orbit rendah Bumi. Kejadian ini langsung memicu antusiasme ilmiah. Hal itu disebabkan oleh perbedaan mencolok dari letupan radio cepat (FRB) yang biasa berasal dari galaksi jauh. Tim peneliti segera mengalihkan perhatian mereka untuk menyelidiki asal-muasal sinyal tidak biasa ini.

Melalui analisis lanjutan, para ilmuwan memastikan bahwa sinyal tersebut bukan berasal dari objek astrofisika seperti pulsar atau magnetar. Setelah penelitian mendalam, mereka menemukan bahwa sumbernya adalah satelit Relay 2 milik NASA. Satelit ini telah dinyatakan nonaktif sejak tahun 1967. Tim dari Curtin University menyampaikan penemuan ini berdasarkan data jeda sinyal yang diterima ASKAP. Data tersebut kemudian dicocokkan dengan lintasan satelit yang terekam sebelumnya

Posisi dan jarak sinyal yang terdeteksi, yaitu sekitar 4.500 kilometer, selaras dengan lintasan Relay 2. Ini merupakan pertama kalinya sebuah sinyal dengan resolusi sepersekian nanodetik dikaitkan dengan Satelit Tua yang sudah tidak beroperasi. Selanjutnya, para ahli menilai bahwa sumber emisi bukan dari transmisi aktif, melainkan akibat proses fisik yang terjadi secara spontan. Dua hipotesis utama adalah pelepasan muatan listrik statis (electrostatic discharge) yang menumpuk di permukaan satelit, atau tumbukan mikrometeorit kecil yang menciptakan ledakan plasma singkat dan emisi radio ultracepat. Fenomena ini pun memberi wawasan baru dalam memanfaatkan teknologi deteksi super-cepat untuk memantau puing antariksa.

Sebagai penutup, temuan ini menjadi awal dari potensi pemanfaatan teknik multi-nanodetik dalam observasi benda mati di orbit. Kemampuan untuk “mendengar” sisa-sisa warisan teknologi ruang angkasa membuka jalur baru bagi eksplorasi ilmiah dan peningkatan keselamatan satelit masa depan.

Asal Sinyal Dan Metode Identifikasi

Asal Sinyal Dan Metode Identifikasi menjadi fokus utama dalam penyelidikan ilmiah oleh tim dari proyek teleskop radio ASKAP. Pada awalnya, mereka menduga telah mendeteksi Fast Radio Burst (FRB) karena sinyal yang sangat intens. Namun, penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa denyut tersebut berdurasi hanya 30 nanodetik, jauh lebih singkat dari FRB normal yang biasanya berlangsung dalam skala mikro hingga milidetik. Selain itu, karakteristik frekuensi sinyal ini tidak mengalami efek dispersi, yang biasanya terjadi pada sinyal dari galaksi jauh. Fakta tersebut mengindikasikan bahwa sumber sinyal ini sangat dekat dengan Bumi.

Langkah berikutnya adalah melakukan penyesuaian konfigurasi array radio ASKAP. Tim menghapus data dari antena terluar untuk mengurangi efek buram akibat kedekatan objek dengan teleskop. Setelah pemrosesan data lanjutan, mereka mendapatkan arah sinyal yang lebih presisi. Dengan menggabungkan informasi waktu penerimaan sinyal dan jalur orbit satelit yang terdokumentasi, para peneliti akhirnya mengidentifikasi Relay 2, satelit komunikasi milik NASA yang diluncurkan pada 1964 dan dinyatakan nonaktif sejak 1967, sebagai sumber tunggal yang cocok dengan semua parameter.

Temuan ini kemudian didukung oleh data teknis yang diunggah ke platform arXiv dan direncanakan akan dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters. Berdasarkan analisis frekuensi, burst tersebut berada pada rentang 695 hingga 1031 MHz dan memiliki intensitas mencapai 300 kiloJansky. Ini merupakan angka luar biasa yang biasanya hanya ditemui pada sinyal kosmik dari luar angkasa. Namun dalam kasus ini, sinyal berasal dari objek yang hanya berjarak ribuan kilometer dari permukaan Bumi, sebuah satelit tua yang sempat terlupakan dalam sejarah eksplorasi antariksa.

Fenomena Elektrostatik Dan Dampak Puing Antariksa

Fenomena Elektrostatik Dan Dampak Puing Antariksa menjadi sorotan utama dalam menjelaskan penyebab sinyal misterius yang ditangkap ASKAP. Hipotesis utama mengarah pada pelepasan muatan listrik statis atau electrostatic discharge (ESD), sebuah kejadian alamiah ketika permukaan logam satelit menumpuk muatan akibat paparan plasma dan radiasi matahari. Ketika akumulasi muatan mencapai ambang batas, pelepasan terjadi dalam bentuk kejutan listrik sangat singkat. Fenomena ini menyerupai petir mikro yang tertangkap dalam bentuk burst radio nanodetik. Para ilmuwan meyakini bahwa ESD semacam ini memang umum terjadi di orbit, tetapi baru kali ini terdeteksi dengan akurasi waktu ekstrem.

Selain ESD, beberapa peneliti juga mengajukan kemungkinan bahwa ledakan kecil akibat benturan mikrometeorit bisa memicu sinyal tersebut. Fragmen debu kosmik berukuran mikro yang menghantam permukaan satelit mampu menciptakan ledakan lokal, membentuk plasma dan melepaskan gelombang radio. Meskipun hipotesis ini secara teknis masuk akal, probabilitas kejadiannya dinilai rendah oleh para ahli. Profesor Karen Aplin dari University of Bristol menekankan bahwa peristiwa ini membuka ruang baru bagi studi tentang ESD dan material satelit dalam menghadapi kondisi ekstrem di orbit. Ia menyebut pentingnya pemahaman ini terutama pada era mega-konstelasi dan dominasi satelit komersial.

Dengan lonjakan jumlah perangkat di luar angkasa dan keberadaan ribuan puing, fenomena ini memberi peringatan akan pentingnya pengawasan satelit pasif berbasis gelombang radio. Sistem seperti ASKAP yang dapat mendeteksi sinyal pada skala nanodetik dapat dikembangkan untuk memantau kondisi termal dan struktural dari berbagai Satelit Tua yang masih mengorbit. Temuan ini juga mendorong munculnya pendekatan baru untuk mendeteksi kerusakan dini pada benda buatan manusia di luar angkasa.

Dampak Praktis Dan Peluang Riset Baru

Dampak Praktis Dan Peluang Riset Baru muncul sebagai refleksi dari kejadian langka yang ditangkap oleh ASKAP. Peristiwa ini memberikan pelajaran penting bagi komunitas astronomi. Para peneliti diingatkan untuk tidak terburu-buru mengasumsikan bahwa setiap sinyal kuat pasti berasal dari galaksi jauh. Faktanya, fenomena serupa bisa saja berasal dari objek buatan manusia seperti satelit nonaktif atau puing antariksa di orbit rendah Bumi. Deteksi terbaru membuktikan bahwa batas antara sinyal kosmik dan sinyal artifisial sangat tipis. Hal ini terutama berlaku jika pengamatan dilakukan pada resolusi waktu ekstrem seperti skala nanodetik.

Sebagai langkah ke depan, dibutuhkan katalogisasi sistematis terhadap sinyal radio buatan yang dihasilkan oleh satelit operasional maupun nonaktif. Katalog ini bisa membantu para peneliti dalam menyaring data pengamatan dan menghindari salah interpretasi. Selain itu, sinyal-sinyal tak terduga semacam ini bisa dijadikan indikator dini untuk mendeteksi deformasi struktural, benturan mikrometeorit, atau pelepasan muatan listrik statis dari satelit mati. Dalam konteks ini, radioastronomi dapat memperluas perannya sebagai alat pemantauan teknis satelit yang telah keluar dari masa operasionalnya.

Paradigma baru ini membuka jalur kolaborasi antara bidang astronomi, teknik antariksa, dan studi lingkungan orbit. Sistem deteksi berbasis radio ultracepat dapat berfungsi sebagai sistem pemantau pasif, tanpa memerlukan pengiriman perangkat baru ke luar angkasa. Di masa depan, bukan tidak mungkin kita mampu memetakan kesehatan seluruh armada satelit tak aktif hanya dari sinyal yang mereka pancarkan secara tidak sengaja. Sebuah gagasan menarik yang menunjukkan bahwa bahkan dalam diamnya, masih ada pesan yang bisa kita dengar dari Satelit Tua.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait